16 Desember 2015

Guru Konyol dalam Mengajar



Seperti keramaian di suatu pasar, terdengar suara meja dipukul-pukul dan terlihat anak-anak mondar-mandir keluar masuk ruang walaupun guru sedang sibuk mengajar. Pemandangan ini biasa terjadi pada jam pelajaran tertentu di salah satu sekolah di Indonesia. Tak heran kalau hasil pembelajaran sangat jauh dari harapan masyarakat dan pemerintah.

Guru tidak mampu menguasai kelas atau kompetensinya dibawah rata-rata. Terjadi saling serang, guru memberikan pertanyaan dan siswa menjawab secara asal. Sehingga menimbulkan bahan tertawaan. Siswa merasa terhibur dan guru tidak merasa di lecehkan. Keadaan kelas menjadi gaduh, membuat kelas disampingya terganggu. Guru tidak mampu menguasai kelas dan siswa tidak mempunyai perasaan.

“Siapakah Raja pertama kerajaan Majapahit?” tanya Guru. “Hayam Goreng Bu,” jawab siswa. Kejadian seperti ini terus terulang setiap pelajaran. Namun guru tersebut menanggapi dengan konyol “We…yang bener ayam bakar,” jelas Guru. “Pulau mana yang terluas di Indonesia?” Tanya guru. “Pulau Gadung Bu,” jawab siswa singkat. Guru menanggapi lebih konyol lagi “We…pulau Gadung itu kecil, karena Gadung sebangsa Singkong,” terang Guru.

“Soal nomor tiga, jawabannya A, B, C atau D?” tanya Guru. “Jawabannya E,” Siswa menjawab dengan konyol. “Ya udah nggak papa, sama teman sendiri aja kok,” kata Guru. “Kok jawaban di tawar-tawar to Bu?” tanya siswa. “Nggak papa, nanti kalau jadi pedagang biar bisa tawar-menawar barang-barang dagangan,” terang Guru.

Sepuluh anak sekaligus keluar kelas “Bu Guru, ijin ke WC,” ujar Siswa. “Ya, jangan lama-lama,” jawab Guru. Setelah 15 menit, semua siswa baru masuk lagi ke kelas sambil menenteng makanan dan minuman. Anak-anak menghabiskan makanan dan minuman di dalam kelas sambil mengikuti pelajaran. Guru bersangkutan tak menegur sepatah katapun walau anak-anak pesta di ditengah-tengah pelajaran.

Guru yang mengajar dengan model konyol membuat siswa tidak sopan terhadap gurunya. Siswa menganggap guru seperti hewan piaraan yang lucu untuk dipermainkan. Satu guru berhasil dijadikan korban bahan tertawaan, selanjutnya siswa mencoba untuk mencari korban berikutnya dengan membuat kegaduhan pada guru yang lain. “Siapa yang salah?” guman Bento.

Semakin tidak berwibawa karena gurunya kelihatan kurang menguasai materi pelajaran. Setiap kali mengajar tanngannya tak lepas dari buku pelajaran. Baik sedang ceramah,  pretes, melempar pertanyaan maupun membahas soal-soal. Tutur kata yang susah dimengerti, rangkaian kalimat yang tidak teratur maupun penguasaan bahasa yang tidak sempurna. Pernyataan-pernyataan yang disampaikan kepada siswa selalu menimbulkan makna ganda, karena tidak menggunakan bahasa yang praktis, efektif dan efisian ditambah dialek kampungan.

“Yang konyol gurunya atau muridnya?” tanya Bento.
“Dua-duanya,” jawab Caciem.
“Suasana di kelas kayak apa?” kejar Bento.
“Kayak sidang MKD,” jelas Caciem.
“Wah…simpang siur tak nyambung,” guman Bento.
“Sudah budaya bangsa kita,” gerutu Caciem.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentarlah sebagai tanda persahabatan.

 

Buku Murah

Masukkan Code ini K1-BE118B-2 untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Recent Post