Sekolahan
merupakan tempat menuntut ilmu dan pendewasaan jiwa. Tetapi tidak bagi Caciem,
sekolahan sebagai tempat pelampiasan emosi dan ekspresi jiwa. Dimana seseorang
menuntut ilmu, maka hasil dari menuntut ilmu akan dilampiaskan dan
diekspresikan di tempat dimana seseorang tersebut ada kesempatan.
“Ma,
buatkan minum susu, cepat…”, perintah Aji kepada Mamanya.
“Dik,
sabar…siapa yang ngajari perintah seperti itu ?”, tanya Ibunya.
“Bu
guru kalau perintah Aji juga begitu”, jelas Aji.
Sepenggal
dialog diatas hanya sebagian kecil ekspresi Aji dari hasil menuntut ilmu di
salah satu lembaga pendidikan. Seseorang alumni dari mana, bisa diketahui
karakternya ketika sedang bekerja atau cara menanggapi suatu masalah. Sesuatu
yang pernah dilihat, didengar dan dirasakan akan dilampiaskan dan diekspresikan
kembali ketika ada kesempatan.
Seberapa
tinggi tingkat kedisiplinan guru, seberapa baik cara mengajarnya, seberapa
besar keikhlasan guru mendidik siswanya, seberapa luas pengetahuannya, seberapa
tinggi tingkat kecerdasannya, seberapa jauh kemampuan memahami pribadi siswa, seberapa
tepat dalam memilih model pembelajaran, seberapa kuat kemampuan untuk
mengevaluasi, seberapa keras suaranya, seberapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk presentasi, seberapa besar sikap sosialnya dan seberapa tinggi tingkat
kejujurannya.
Siswa
dilempar sepatu, siswa dilempar penghapus, siswa dipukul dengan penggaris kayu,
siswa dipukul dengan buku, siswa ditendang, siswa diusir dari kelas, siswa
dihukum berdiri didepan kelas, siswa dihukum berdiri ditengah lapangan upacara,
siswa dihukum lari, siswa dihukum push up, siswa dihukum menulis berulang-ulang
dengan kalimat yang sama, siswa dihukum pulang untuk mengambil buku yang
tertinggal, siswa dihukum mencabuti rumput halaman, siswa dihukum membersihkan WC,
siswa dihukum tidak boleh masuk kelas karena terlambat, siswa dihukum tidak
boleh masuk sekolahan karena datangnya terlalu awal.
Guru
melakukan seperti tersebut diatas, karena sewaktu masih sekolah pernah melihat
dan merasakannya, maka siswanya juga
akan melakukan hal yang sama ketika ada kesempatan.
Segala
hal yang dilakukan guru akan ditiru oleh siswanya. Guru merupakan sebuah obyek
yang layak dijadikan model siswa untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan
sehari-hari. Suatu sekolah yang guru dan karyawannya berkarakter baik, maka akan
menghasilkan anak didik dengan karakter yang kuat dan cerdas.
“Dulu
karakter gurumu baik ?” tanya Bento.
“Lumayan…,”
jawab Caciem.
“Dulu
sering dihukum ?” Kejar Bento.
“Lumayan…,”
terang Caciem.
“Ditempat
kerjamu sekarang ada hukum-menghukum ya?” tanya Bento.
“Lumayan…,”
tegas Caciem.
“Kamu
pernah menghukum siswa ?” kejar Bento.
“Lumayan…,”
jelas Caciem.
“Kok
lumayan terus jawabmu ,” guman Bento.
“Caaaas…Ciiiiiis…Cuuuuus,”
gerutu Caciem.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentarlah sebagai tanda persahabatan.