Hujan
mulai turun walaupun masih jarang, terkadang seminggu turun hujan hanya dua
kali pertanda musim tanam telah tiba. Para
petani mulai mempersiapkan diri dengan memperbaiki peralatan pertanian,
mempersiapkan benih yang akan ditanam dan membuka tabungan untuk biaya
pengolahan tanah dan penanaman. Namun tak sedikit yang tidak siap menghadapi
musim tanam, mereka kebingunngan mencari dana dalam menghadapi musim tanam.
Beberapa
petani datang kerumah Bakri untuk mencari pinjaman uang. Mereka termasuk petani
yang tidak mempersiapkan diri, sehingga masa tanam sudah dekat tidak mempunyai
dana sedikitpun. Bingung, gagap, emosi, mudah tersinggung dan marah-marah tanpa
sebab. Siapapun yang mengajak bercanda, selalu ditanggapi dengan sikap konyol.
Apabila
segala sesuatu telah disiapkan sebelumnya tentu tidak perlu bingung. Bakri
contohnya seorang petani yang beristrikan Sadinem mempunyai Konsep yang baik,
perencanaan yang matang serta management yang akurat. Peralatan pertanian
lengkap, benih tersedia dan dana lebih dari cukup, malahan sebagian tabungannya
bisa dipinjamkan ke beberapa petani lain.
Bakri
yang tidak lulus Sekolah Rakyat tersebut mampu mensekolahkan ketujuh anaknya
hingga empat anaknya meraih gelar sarjana dari perguruan tinggi ternama di
Yogyakarta. Sampai tulisan ini dirilis, almarhum Bakri namanya selalu dikenang
masyarakat sebagai sosok petani yang bertangan besi, sedikit bicaranya, banyak
karyanya, luas wawasannya, kreatif inisiatifnya, tajam inspirasinya, jelas
konsepnya dan jujur perangainya.
Bicara
masalah persiapan sebelum kerja, Bakri ayahku jagonya. Sang guru tani yang
perlu dicermati sebagai perbandingan antara management petani dengan management
guru professional. Tidak sedikit guru yang mengajar tanpa konsep yang jelas dan
tanpa perencanaan yang baik. Sekedar melaksanakan rutinitas sehari-hari yang
telah membudaya dan mengakar.
Tidak
merasa bersalah apabila datang terlambat, masuk kelas dengan mengulur-ulur
waktu, didepan kelas bicaranya gagap, bingung menentukan materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran tidak jelas, hasil pembelajaran tidak pernah dievaluasi,
metode pembelajaran membosankan, menagement waktu tidak tepat, memberi tugas
tanpa aturan, tugas siswa tidak dievaluasi, hasil evaluasi dirahasiakan, pamer
harta kekayaan, suka menghina guru lain, selalu memuji diri sendiri alias
sombong, meninggalkan kelas tanpa tujuan yang bermanfaat, terlalu banyak
ceramah yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, salah satu
siswa selalu menjadi obyek pembicaraan,
menginspirasi siswa dengan cerita negatif, menarik simpati siswa dengan
humor porno, memperlakukan siswa tidak
manusiawi dan siswa selalu dipihak yang di salahkan
“Masak
begitu Bro,” sanggah Bento.
“Ya
begitulah,” jawab Caciem.
“Kompetensinya
kayak apa?” tanya bento.
“Ya
begitulah,” jelas Caciem.
“Profesionalnya
macem mana?” kejar Bento.
“Ya
begitulah,” tegas Caciem.
“Haram
dong gajinya,” ungkap Bento.
“Ya
begitulah,” jawab Caciem.
“Begitulah…begitulah
terus…Cas cis cus,” gerutu Bento.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentarlah sebagai tanda persahabatan.