15 Februari 2015

Siswa Diusir dari Kelas



SISWA DIUSIR DARI KELAS

Sepertiseekor kera, tapi kok ganteng. Seperti arca Buda, tapi kok bisa bergerak-gerak. Mungkin itu seonggok tanah liat yang mulai mengering, tetapi mulutnya komat-kamit sambil menyedot minuman dalam kemasan plastik. Bukan, kera, bukan arca Buda dan bukan onggokan tanah liat. Ternyata anak sekolah yang sedang duduk termangu di depan ruang musik.

Akudekati dan ku tanya “Mas, kenapa tidak ikut pelajaran ?”. sejurus kemudian siswa menjawab dengan rasa ragu “ Saya dikeluarkan pak guru”, jawab siswa. “Pelajaran apa kok dikeluarkan?” tanyaku. “Pelajaran PKn, karena saya dianggap siswa kurang ajar”, jelas siswa dengan ketus. “Udah berapa kali dikeluarkan”, tanyaku. “Udah empat kali”, jawab siswa. “Kalau dikeluarkan, dikasih tugas nggak?”, kejarku. “Tidak, malah dibentak-bentak”, jawab siswa.

“Enak juga, dikeluarkan tanpa diberi tugas, malah bisa main kemana-mana atau jajan di kantin dengan leluasa”, gerutuku.

“Guru mata pelajaran apa saja yang pernah menyuruh keluar?”, tanyanku. “Saya pernah dikeluarkan guru IPS satu kali, guru Bahasa Inggris tiga kali dan guru Bahasa Indonesia dua kali”. Jelas siswa. “Kalau yang ini karena apa kok dikeluarkan?”, tanyaku. “Saya dikeluarkan karena lupa tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah”, jawab siswa. “Kenapa tugas-tugas tidak dikerjakan?”, kejarku. “Karena tugas terlalu banyak, belum selesai mengerjakan mataku ngantuk terus ketiduran”, tegas siswa.

“Tapimenurutku tetap enak jadi guru, gajinya professional, kerja amatiran alias seenaknya, emang ngajar itu pakai logika atau pakai etika ya. Ah…aku nggak tau mana yang bener”.

“Dari pada ikut belajar tidak boleh, besuk kalau dikeluarkan, masuk aja ke ruang musik, malah bisa latihan gitar, ntar bisa jadi pemain musik yang handal”, saranku ke siswa. “Ya Bos, saya tadi juga udah masuk ruang musik dan latihan gitar”, tegas siswa.

Aku dulu pernah dikeluarkan dari kelas oleh guru IPA namanya Pak Muhadi semasa di SMP, karena tidak memperhatikan ketika guru berceramah. Selama seminggu aku harus belajar dari balik jendela. Setelah diadakan ulangan harian nilaiku dapat 85, cukup bagus waktu itu, karena nilai tersebut menempati peringkat kedua. Tetapi peristiwa itu selalu teringat, karena membuat perasaanku menjadi trauma dengan guru IPA.

Sampai sekarang setiap mendengar kata-kata IPA, pasti halusinasiku mengarah pada Pak Muhadi guru IPA yang menghukum diriku untuk tidak boleh mengikuti pelajaran di dalam kelas. Tetapi peristiwa tersebut sering aku ceritakan pada teman-teman dengan gaya Stand Up Comedi, jadi yang mendengar malah tertawa.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentarlah sebagai tanda persahabatan.

 

Buku Murah

Masukkan Code ini K1-BE118B-2 untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Recent Post