Akumemelihara ikan di kolam sempit dengan ukuran panjang seratus lima
puluh sentimeter, lebar sembilah puluh sentimeter dan kedalaman air tiga puluh lima sentimeter. Ukuran
kolam sekecil itu tidak sesuai dengan keadaan ikan saat ini. Tambah hari ikan
berkembang tambah besar, namun ukuran kolam tidak ditambah, hanya asupan
makanan yang disesuakan dengan kebutuhan ikan.
Setiap
ada tamu pasti meluangkan waktu untuk melihat sambil basa-basi membahas keadaan
ikan dan kondisi kolam. Seratus persen tamu-tamuku tak ada yang percaya, kalau
ikan tersebut mulai dipelihara sejak masih berukuran sebesar jari kelingking
balita. Itu menunjukan bahwa yang
pertama aku dianggap bagian dari mereka yang suka berbohong, yang kedua aku
dianggap bagian dari mereka yang suka dengan hal-hal yang bersifat instant,
yang ketiga kita memang hidup dalam pusaran budaya yang tidak mau memahami
suatu proses, tidak mengerti terjadinya suatu proses dan yang lebih fatal lagi
kita tidak mau melakukan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Semua serba instant.
Ikandiberi asupan makan sehari semalam empat kali, pagi, tengah hari, sore dan tengah
malam. Asupan makanan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan ikan. Air selalu
mengalir sepanjang hari sehingga kejernihan tetap terjaga dan ditambah pompa air
berukuran kecil sebagai alat untuk mensuplai oksigen. Apabila tengah hari aku
tidak bisa memberikan asupan makanan, maka ada orang lain yang menggantikan
tugasku. Apabila tengah malam aku tertidur, maka ada petugas lain yang mampu
menggantikan kewajibanku memberikan asupan makanan. Ikan-ikan tersebut tumbuh
dengan baik dan sekarang berat tubuhnya rata-rata tiga kilogram. Tak seorangpun
percaya walau ikan-ikan tersebut diproses dengan baik selama tiga tahun.
Pendidikanadalah proses. Kalau pendidikan diproses dengan baik maka hasilnya pasti baik.
Terkadang oknum guru kecewa dengan hasil pendidikan. Siswa malas belajar, siswa
suka mencontek, siswa suka membolos, siswa suka berantem, siswa suka melanggar peraturan sekolah, siswa tidak
sopan, siswa jorok, siswa buang sampah sembarangan, siswa tertidur di kelas,
siswa malas bawa buku, siswa malas beribadah, siswa berdo’a agar gurunya sakit.
Tetapibukan guru kalau mau disalahkan. Siswa, keluarga dan lingkungan masyarakat yang
selalu di kambinghitamkan. Instrospeksi merupakan jalan terbaik. Mungkin belum
membuat perencanaan pembelajaran, tidak pernah melakukan analisis, mengajar
dengan metode yang tidak tepat, tidak mengerti psikologi siswa, tidak memahami
perasaan siswa, atau bahkan tidak punya administrasi pendidikan. Apabila mengajar
tanpa itu semua, berarti pembelajaran dilakukan dengan kurikulum abal-abal. Asal
buka gerbang, asal buka pintu, asal buka tas, asal buka buku, asal buka mulut,
asal buka laptop, asal buka soal, asal-asalan semua.
“Satu
lagi Bro”, usul Caciem.
“Apaan
itu?”, tanya Bento.
“Asal
jangan buka rahasia pribadi gurumu”, jelas Caciem.
‘Eh…tulisan
diatas kan bagian
dari rahasia guru”, jelas Bento.
“Ya…tapi
jangan ditelanjangi, kasihan”, tegas Caciem.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentarlah sebagai tanda persahabatan.