31 Desember 2009

Proses Pembelajaran Abu-Abu

1. Catat Buku Sampai Abis(CBSA). Begitu masuk, guru memerintahkan siswanya untuk mengeluarkan buku catatan. Salah satu siswa mencatat di papan tulis, dan siswa lainnya mencatat di buku catatan. Siswa yang mencatat di papan tulis jelas di rugikan karena kehilangan waktu karena harus mencatat ulang di buku sesampai di rumah. Capek pasti dirasakan karena mencatat sambil beridiri dan mencatat kembali di buku catatan. Siswa yang lain juga dirugikan karena setiap pelajaran hanya disuguhi pekerjaan-pekerjaan mencatat buku.

Kalau kita bertanya kepada siswa tersebut “apakah dirumah buku catatan itu di baca ?”, Serentak mereka menjawab “tidak pernah”. Sesampai dirumah siswa sudah kecapekan dan tidak tertarik sama sekali dengan mata pelajaran tersebut. Disamping metode pembelajaran tidak menyenangkan, gurunya juga mudah marah dan selalu menghukum siswanya hanya karena lupa tidak membawa buku.

Sementara selama siswa mencatat, gurunya meninggalkan kelas menuju ke kantor hanya akan minum, ngobrol, nge-gosip sambil nonton Televisi. Sesekali masuk kelas untuk menanyakan apakah tugas mencatatnya sudah selesai, atau memberikan ancaman hukuman bagi siswa yang tidak mau mencatat.

2. Kerjakan Soal-Soal. Selalu saja ada guru yang setiap mengajar memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal. Buku yang menjadi pegangan hanyalah buku Lembar kerja Siswa (LKS). Tugas dikerjakan pada lembaran kertas selanjutnya setelai selesai dikumpulkan. Hal ini membuat orang tua mengeluh karena bukunya sangat boros. Guru tidak pernah memberikan penjelasan tentang materi pelajaran tersebut, sehingga siswa mengerjakan soal asal-asalan. Pengerjakan soal dilakukan secara bersama-sama, sehingga dalam satu kelas jawabannya sama semua.

Sambil menunggu siswanya selesai mengerjakan soal, gurunya duduk sambil membaca koran/majalah dan sesekali memainkan HP-nya atau berbincang-bincang dengan guru sebelah kelasnya yang juga memberikan tugas siswanya dengan mengerjakan soal-soal.

3. Suka Bercerita. Alokasi waktu jam pelajaran 80 menit terasa kurang panjang bagi guru yang senang bercerita di depan siswanya. Guru ini selalu menghabiskan waktu kurang lebih 40 menit untuk bercerita yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Mereka menceritakan tentang harta kekayaan, jumlah rumah yang dimiliki, merek mobil yang baru dibeli, jumlah petak sawah yang dipunyai, menceritakan keluarganya terpandang di masyarakat bahkan ada yang suka menceritakan sifat buruknya ketika masih bersekolah.

Setelah siswa dibuat mabuk kepayang dengan mendengarkan cerita, barulah guru tersebut memulai pelajaran. Dalam mengikuti pelajaran, yang terkesan di benak siswa bukan pelajaran tetapi cerita-cerita dari gurunya. Setelah ulangan semester dilakukan, nilai siswanya 75% tidak tuntas, karena materi pelajaran yang diajarkan tidak selesai dari target kurikulum yang ditetapkan. Akibatnya 75% siswanya harus mengikuti remidi atau ulangan perbaikan.

4. Tidak Boleh Bergerak. Terkesan memang aneh, bergerak saja tidak boleh tetapi kejadian ini suatu kenyataan dalam dunia pendidikan. Setelah guru masuk kelas tak ada satupun siswa yang berani menoleh kiri-kanan, tertawa, pinjam alat tulis temennya, atau keluar kelas untuk pergi ke kamar kecil.

Ketika dilakukan ulangan harian, siswa hanya diam sabab kalau bergerak sedikit saja, gurunya akan memberikan hukuman dengan mengurangi nilai hasil ulangan. Dua kali menoleh akan kena dua hukuman yaitu pengurangan nilai dua poin. Apabila ada siswa yang tertawa, langsung kena hukuman berat dengan pembatalan hasil ulangan alias mendapat nilai nol. Anehnya lagi kalau ada siswa yang bertanya malah gurunya marah-marah.

5. Bercerita Tabu (Porno). Dengan alasan agar siswanya tidak bosan dan tidak mengantuk, ada guru yang selalu bercerita atau bicara hal-hal yang bersifat porno disela-sela pembelajaran. Terkadang menunjukan salah satu organ tubuhnya agar siswanya terhibur. Padahal cerita-cerita porno tersebut tidak ada hubungan sama sekali dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Cerita-cerita porno tersebut tentu mendapat sambutan hangat dari perserta didik laki-laki, tetapi bagi peserta didik perempuan merasa malu, risih dan membosankan. Karena yang selalu menjadi obyek cerita adalah organ tubuh perempuan.

6. Nilainya Jelek Bangga. Walau sudah merasa mengajar dengan seluruh kemampuannya, setelah dilakukan ulangan nilai siswanya jelek-jelek. Setelah dilakukan remidi, ternyata nilainya tetap saja jelek seperti semula. Agar bisa memenuhi target nilai yang ditetakpan, maka semua nilai harus di konversi hingga mencapai nilai ketuntasan.

Lucunya, guru tersebut malah merasa bangga kalau pelajarannya sulit dipahami siswanya. Padahal kalau di cari akar masalahnya bahwa yang sulit memahami siswanya atau gurunya yang tidak bisa mengajar mata pelajaran tersebut. Semoga, sikap terbalik ini hanyalah sedikit diantara jutaan guru di Indonesia.

Proses pembelajaran seperti tulisan diatas dilakukan oleh guru-guru yang tidak kredible, akibatnya siswa hanya mendapatkan pembelajaran yang tidak jelas alias abu-abu. Bagi guru yang kebetulan membaca tulisan ini silahkan mengkoreksi diri bahwa anda bagian yang mana. Apabila anda termasuk di dalamnya, secepatnya untuk merubah diri dalam melaksanakan pembelajaran agar tercipta masa depan bangsa yang terang-benderang .

Penulis : Asim Sulistyo, S.Pd.
Guru SMP Negeri 3 Bayat, Klaten

0 komentar:

Posting Komentar

Komentarlah sebagai tanda persahabatan.

 

Buku Murah

Masukkan Code ini K1-BE118B-2 untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Recent Post