09 November 2009

Kisah Nyata, di SMPN 2 Pugung Tanggamus Lampung


Hari Jum’ At, 10 Oktober 2003, jam 15.00 Wib.
Aku seperti tikus yang dikejar-kejar seekor kucing.
Aku seperti tikus yang diterkam seekor kucing.

Kronologi kejadian…
Pintu gerbang SMPN 2 Pugung sering dirusak oleh pemuda, sehingga membuat penjaga sekolah dan guru menjadi marah. Pada upacara bendera hari senin, 6 Oktober 2003, Aku sebagai Pembina upacara mengeluarkan pernyataan keras. Isi pernyataan “Asim siap menghadapi msyarakat yang merusak sekolahan, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar”.

Pernyataanku tersebut membuat marah, sehingga masyarakat tua, muda, laki dan perempuan merasa terhina. Selanjutnya masyarakat perlu mengadakan rapat untuk membicarakan masalah pernyataanku itu.

Menurut Lilik (penjaga sekolah SMPN 2 Pugung), bahwa pada hari kamis pukul 20.00 Wib, tanggal 9 Oktober 2003, masyarakat desa Sumanda kecamatan Pugung mengadakan rapat di rumah Jahrudin (ketua pemuda). Isi rapat membicarakan tentang pernyataanku yang dianggap menantang masyarakat kampung Sumanda.

Pada hari Jum’ At, Tanggal 10 Oktober 2003, jam 14.00 Wib, ada sekelompok pemuda dan orang tua mendatangi sekolah, yang dipimpin oleh Jahrudin dengan tujuan mengklarifikasi pernyataanku yang dianggap menantang masyarakat. Dalam pertemuan ini tidak ditemukan titik temu, karena ada perbedaan pendapat tentang isi pernyataanku.

Isi pernyataan adalah :
 Menurut versi pemuda kampung “Asim siap menghadapi masyarakat sumanda, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar”.
 Menurut versi Asim “Asim siap menghadapi msyarakat yang merusak sekolahan, baik dengan cara halus maupun dengan cara kasar”.

Karena tidak ditemukan titik temu, akhirnya pemuda marah mencaci maki Aku dengan kata-kata kotor dan memaksa Aku untuk dibawa ke lapangan sepak bola untuk dipukuli dan dibakar. Pemuda tidak jadi memukuli aku, tetapi akhirnya semua pemuda kembali kerumah ketua pemuda untuk rapat kembali.

Masih pada hari Jum’At 10 Oktober 2003 pukul 15.00 Wib. Ketika Aku sedang membina Pramuka bersama Kak Jamsani (Guru Olah Raga SMPN 2 Pugung) di halaman sekolah, tiba-tiba datang sekelompok pemuda kurang lebih 50 orang. Para pemuda tersebut menyerang Aku sambil berteriak-teriak. Mereka menyerang dengan membawa senjata tajam (pisau), tongkat bambu (ambil dari anak Pramuka) dan batu. Aku dipaksa diseret untuk keluar dari halaman sekolah dan akan dibawa ke lapangan sepak bola untuk dipukuli dan dibakar (kata-kata dalam teriakan).

Ketika para pemuda mengejar-ngejar, Aku berlari-lari mengitari tenda-tenda anak Pramuka. Suasana saat itu sangat mencekam, karena banyak anak Pramuka yang sedang berlatih mendirikan tenda untuk menghadapi kemah bersama menjelang bulan Puasa. Semua anak perempuan dan sebagian anak laki-laki menangis sampai menjerit-jerit histeris karena melihat gurunya dikejar-kejar puluhan pemuda. Bahkan ada pemuda yang merebut tongkat anak pramuka kemudian tongkat tersebut dipakai untuk mengejar Aku dan ada yang dipakai untuk memukuli tiang bendera. Sehingga suara teriakan pemuda, denting tiang bendera bercampur dengan jeritan tangis anak pramuka membuat suasana sangat mencekam.

Cecep, pemuda yang membawa pisau dihadang pak Jamsani, sementara pemuda yang lain dihadang oleh siswa pramuka dan Pak Uci (tokoh pemuda). Sementara Haji Saybi (tokoh Agama) justru menghina Aku dengan kata-kata kotor dan membakar emosi pemuda dengan kata-kata “ makanya Pak Asim jangan mentang-mentang pegawai negeri”., sehingga kata-kata Haji Saybi tersebut membuat pemuda semakin kalap.

Sewaktu Aku dikejar-kejar, Aku berlari-lari kecil untuk menghindari serangan. Dalam keadaan seperti itu Aku tetap tenang sambil merokok. Karena anak-anak pramuka semakin keras jeritannya, tiba-tiba Aku timbul ide yang cerdas. Ide itu adalah, Aku harus pura-pura jatuh dan pura-pura tak sadarkan diri. Akhirnya ide tersebut aku laksanakan. Aku pura-pura jatuh dan pingsan, kemudian aku di tolong oleh Lilik dan Jahrudin kemudian Aku diajak Pak Jamsani menuju ke rumah Pak Lurah desa Sumanda yang tak jauh dari lokasi kejadian. Aku tidak luka sedikitpun dan selanjutnya aku pulang dengan damai ditemani Pak Jamsani.

Kemudian pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2003, aku mengirim surat kepada ketua pemuda (surat aku titipkan Pak Jamsani). Isi surat adalah ancaman terhadap masyarakat kampung Sumanda yaitu “apabila masyarakat Sumanda tidak mau meminta maaf kepada Aku, maka akan Aku proses lewat jalur hukum (dilaporkan Polisi)”.

Dengan ancaman tersebut membuat masyarakat Sumanda menjadi ketakutan semua. Mereka menduga bahwa Kapolres dan Bupati Kabupaten Tanggamus adalah teman dekatku. Dengan ancaman tersebut akhirnya pada hari senin tanggal 13 Oktober 2003 pukul 20.00 Wib. Masyarakat desa Sumanda mengadakan rapat untuk menanggapi surat ancaman dariku.

Dan akhirnya pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2003 pukul 09.00 Wib. masyarakat desa Sumanda beserta tokoh-tokoh Agama dan masyarakat datang ke SMPN 2 Pugung untuk meminta maaf kepada Aku. Dalam acara tersebut disaksikan oleh semua dewan guru dan (Pak Sutikno) Ketua PGRI Ranting Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus.

Ha..ha..ha..ha.. ……….
Aku hebaaaaaaaaat…..
Aku menaaaaaaang…

Nama-nama provokator :
1. Cecep : sopir truk (bawa senjata tajam)
2. Rohedi : Alumni SMPN 2 Pugung (bawa kayu pemukul)
3. Rapiudin : pemuda desa
4. Abdul Syukur : Alumni SMPN 2 Pugung (teriak2, bawa kayu)
5. Mat Thohir : Alumni SMPN 2 Pugung (teriak “bakar-bakar”)
6. Samuri : Alumni SMPN 2 Pugung (teriak2 dan ngejar2 )
7. Haji Saybi : Tokoh agama (teriak2 dan mencaci maki).

NB :

Tulisan ini bener –bener terjadi ketika aku masih menjadi guru di SMPN 2 Pugung, kabupaten Tanggamus, provinsi Lampung, dan mulai bulan Oktober 2004 aku sudah pindah tugas di SMPN 3 Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa-Tengah.

Terimakasih kepada Pak Jamsani dan Pak Lilik yang menolong Aku.
Salam buat warga desa Sumanda, semoga sucses selalu….
Ha..ha..ha..aku hebaaaat……

Penulis Asim Sulistyo
Guru SMPN 2 Pugung Tanggamus
Guru SMPN 3 Bayat Klaten

2 komentar:

  1. WALAH-WALAH PENGALAMAN YANG SANGAT MENDEBARKAN MAS, SAYA GAK TAHU HARUS BERBUAT APA APABILA PENGALAMAN SEPERTI ITU MENIMPA DIRI SAYA. MUNGKIN LANGSUNG SEMAPUT DAN DIRUJUK KE RUMAH SAKIT TERDEKAT. DAN KEMUDIAN LANGSUNG MINTA PULANG KE JAWA HEHHEHHH....

    ANYWAY, PENGALAMAN YANG MENARIK DAN OTENTIK, MUNGKIN BISA DITULIS KEMBALI DALAM BENTUK NASKAH SKENARIO UNTUK DIPRODUKSI MENJADI FILM ATAU SINETRON MAS...TENTANG PERJUANGAN SEORANG GURU YANG JAUH DARI KAMPUNG HALAMANNYA. PERJUANGAN YANG TANPA PAMRIH, TETAPI SERING DIPANDANG SEBELAH MATA OLEH PIHAK-PIHAK TERTENTU YANG KURANG MEMAHAMI ESENSI PENDIDIKAN BANGSA.

    BalasHapus
  2. wah ngeri juga berada di suatu lingkungan yang masih kental dengan nilai2 kebersamaan, mungkin saran mbak pelangi ada bagusnya, di remix aja mas...

    biar jadi sebuah novel perjalanan seorang guru, sapa tau ada produser film yang ngelirik novelnya mas, trus di buat film lumayan kan mas...hehehe

    biar masyarakat tahu, dan tidak lagi mabuk sinetron yang banyak membawa keburukan...
    itu aja...

    salam kenal mas.

    BalasHapus

Komentarlah sebagai tanda persahabatan.

 

Buku Murah

Masukkan Code ini K1-BE118B-2 untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Recent Post